CAHAYASIANG.ID, Jakarta – Anas Urbaningrum bebas hari ini, Rabu (11/4/2023). Ia pernah menyinggung tokoh antagonis dalam wiracarita Mahabharata, yakni Sengkuni.

Beberapa waktu berlalu, Anas Urbaningrum pernah menceritakan mengenai tokoh sengkuni yang berada di dalam tubuh Partai Demokrat kepada Susilo Bambang Yudhoyono, selaku Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Sengkuni yang dikemukakan Anas adalah adanya beberapa anggota Partai Demokrat yang memiliki sifat seperti salah satu tokoh pada tokoh Mahabrata yang licik, senang mengadu domba dengan anggota yang lainnya, dan menginginkan orang-orang lainnya celaka demi ambisi kekuasaan politik.
Tokoh Sengkuni inilah dianggap Anas Urbaningrum sebagai penyebab dari berbagai perpecahan internal, percobaan kudeta kekuasaan, dan turunnya elektabilitas Partai Demokrat di mata masyarakat.
Sekilas Tentang Sejarah Sengkuni
Sengkuni merupakan salah satu tokoh pewayangan dalam kisah Mahabarata. Dia merupakan paman dari Kurawa yang sering menghasut dan mengadu domba keponakannya untuk bertarung melawan Pandawa.
Sengkuni merupakan saudara kandung dari permaisuri Gandar yang merupakan istri dari Raja Astina, yaitu Drestarastra (atau kadang disebut juga Destarata), yang merupakan ibu dari Duryudana.
Kelicikan tokoh Sengkuni terlihat ketika sang kakak, Dewi Gandari yang dikenal memiliki watak bengis, kejam, dan pendendam, meminta bantuan dari Sengkuni untuk mencarikan cara supaya Duryadana yang merupakan anak sulung dari 100 bersaudara, menjadi raja dari Kerajaan Astina yang pada saat itu masih dipimpin oleh Pandu Dewanata.
Lewat tipu daya dan politik adu dombanya, Sengkuni berhasil membuat Pandu Dewanata dengan muridnya, yakni Prabu Tremboko melakukan perang yang membuat keduanya terbunuh pada perang tersebut.
Setelah Pandu Dewanata terbunuh dalam perang melawan muridnya sendiri, kemudian Destarata naik menjadi raja sementara Kerajaan Astina hingga anak-anak dari Pandu Dewanata memiliki usia yang cukup untuk memimpin Kerajaan Astina.
Tidak hanya sampai disitu, setelah Destarata mendapatkan kekuasaan sebagai raja sementara dari kerajaan Astina, Sengkuni kembali melancarkan aksinya dengan cara terus menerus menghasut Destarata untuk memberikan kekuasaan sementara kepada Duryudana sebagai anak sulung.
Tipuan dan rayuan dari Sengkuni akhirnya berhasil mempengaruhi Destarata untuk memberikan kekuasaan sementara kepada Duryudana.
Duryudana akhirnya mendapatkan jabatan sebagai raja sementara Kerajaa Astina sampai anak-anak Pandu yang mewarisi tahta kerajaan ini tumbuh dewasa, dan memiliki kemampuan yang cukup untuk menjadi seorang raja.
Setelah Duryadana mendapatkan tahtanya, Sengkuni terus melancarkan berbagai cara agar bisa melenyapkan para pewaris tahta kerajaan, dan membuat Duryudana bisa menjadi raja dari Kerajaan Astina selamanya.
Upaya-upaya inilah yang kemudian pada akhirnya memancing perang saudara antara Kurawa dan Pandawa atau yang dikenal dengan Perang Baratayuda.
Perang Baratayuda juga menjadi akhir dari perjalanan penghasutan dan adu domba yang dilakukan oleh Sengkuni kepada seluruh keturunan Pandawa.
Itu karena di perang ini Sengkuni terbunuh oleh Bima yang merupakan anak kedua dari raja Pandu Dewanata.
Kisah Sengkuni ini bisa dijadikan pelajaran bagi para pejabat untuk bisa jadi pribadi yang sederhana dan tidak terlalu ambisius dalam mengejar jabatan dan hal-hal duniawi. (*Dego)