CAHAYASIANG.ID // Jakarta – Sudah lazim kita tahu jenis kue tart. Pasalnya, kue multirasa dan sangat enak ini sering dihidangkan pada perayaan-perayaan ulang tahun bahkan pesta pernikahan di kalangan masyarakat kita. Nah, menjadi tidak lazim terlihat ketika kue tart itu terbuat dari rangkaian ragam kue tradisional Minahasa, seperti yang terjadi pada moment HUT ke-6 Yayasan Pengembangan Kebudayaan Minahasa (YPKM), di hall Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Jakarta, Sabtu (27/8/2022).
Sejumlah hadirin yang hadir dalam acara perayaan ini pun di buat kagum dan mengapresiasi usaha kreatif panitia yang dipimpin Elen Koseger sebagai Ketuanya yang sekaligus sebagai Wakil Ketua Dewan Pengurus YPKM, dalam membangun wawasan pola pikir kreatifitas baru, guna memaknai ragam kue warisan leluhur sampai turun-temurun masyarakat Minahasa.
“Sebagai masyarakat budaya, makna keberagaman ini, yang dilambangkan oleh jenis-jenis kue tradisional Minahasa yang dirangkai bersusun layaknya kue tart, masing-masing panada, nasijaha, balapis, kolombeng, cucur, kue apang dan lainnya, dimana ini juga melambangkan unsur keberagaman etnis suku-suku Minahasa, kita ambil sebagai momentum kebangkitan kebudayaan, sekaligus syukur kepada Tuhan, kita boleh melewati masa sulit dimasa pandemic Covid-19,” kata Daniel Dicky Poluan, Ketua Dewan Pengawas YPKM didampingi Mona Sigar usai memimpin penyerahan “kue tart ala minahasa” kepada pengurus dan tetamu yang hadir dalam acara peringatan kali ini.
“Memang sudah saatnya kita mulai melakukan inventarisasi dan penelitian tentang semua hal yang berkaitan dengan unsur peninggalan budaya bangsa Minahasa, sehingga kita tidak sekedar meng-klaim, ini punya kita. Begitu sebaliknya, kalau itu memang warisan budaya kita, itu tidak akan jatuh ke tangan bangsa lain. Case kolintang biar tidak terulang. Saat ini, kita sedang menyusun kembali naskah akademisnya. Naskah akademis yang lalu belum lengkap,” jelas Prof. Perry Rumengan, Ketua Dewan Pakar YPKM

Sebelumnya, Ketua YPKM Berny Tamara dalam sabutan menyatakan bahwa peringatan HUT ke-6 YPKM kali ini dilaksanakan dalam nuasa kebudayaan, salah satunya adalah lebih mengenalkan makanan-makanan khas Minahasa ke banyak orang.
“Semua ini merupakan awal praprogram yang nanti akan kita konkritkan dalam Kongres. Pembukaannya atau prakongres, akan dilaksanakan September ini di Jakarta. Nantinya kita berharap sesuai agenda akan dihadiri Presiden Joko Widodo (melalui zoom) dan dua gubernur sebagai tuan rumahnya, masing Gubernur DKI Jakarta, tuan rumah prakonres dan Gubernur Sulawesi Utara sebagai tuan rumah kongres nanti,” ujar Berny.
Untuk kongres nanti dua agenda bersar yang telah pengurus sepakati untuk dibawah dalam forum, yakni pembangunan pusat budaya minahasa di Manado (Sulawesi Utara) dan di Ibukota Negara.
Selain dua program besar ini, tambah Berny, dalam waktu dekata akan bentuk paduan suara YPKM, Minaesa. Paduan suara ini diharapkan sudah bisa tampil saat pelaksanaan prakongres di Jakarta maupun Konres yang dipusatkan di Manado.
Pada bagian lain, Desi Albert Mamahit, mewakili unsur Dewan Kehormatan YPKM mengajak segenap keluarga besar YPKM yang ada saat ini untuk mulai memikirkan apa sih yang harus kita pikirkan untuk diberikan kepada organisasi (YPKM), daerah (Minahasa/Sulawesi Utara), serta kepada bangsa dan negara.
“Ulang tahun YPKM sudah yang ke-6. Itu artinya sudah lewat balita. Jika masih bayi kita harus merawatnya dengan baik, menjaga asupan makanan juga memerhatikannya tanpa henti. Kini ia udah lepas balita, otomatis makanan yang diberikan sudah harus berbeda. Kegiatannya pun sudah harus berkualitas. Artinya, sudah saatnya YPKM berbuat,” sebut Desi Albert.
Dikatakannya, kita sudah melewati masa pandemic Covid. Mungkin diantara kita, keluarga kita mengalami hal yang tidak mengenakkan, tapi puji Tuhan, kita sekataang diberi kesempatan hidup dengan kesehatan yang baik, saatnya berkarya dengan lebih baik, mengisi hidup dengan hal positif yang tentu berkenan kepada Tuhan.
“Banyak hal yang dapat kita berikan kepada organisasi...





