Oleh: Frans Eka Dharma Kurniawan, Wakil Ketua I Exco Partai Buruh Provinsi Sulawesi Utara, Ketua PRD Sulawesi Utara 2005-2015, dan Aktvis 1998.
CAHAYASING.ID, OPINI – Pedesaan selalu dikaitkan dengan masalah pertanian. Desa juga suatu romantika sejarah, dimana tradisi masyarakat agraris yang terikat pada tanah berkaitan dengan kerja kolektif, gotong-royong, sebagai fondasi sosial. Sampai datangnya kolonialisme bangsa barat yang sedang bersaing dalam sektor perdagangan dan dilanjutkan ketika revolusi industri lebih banyak membutuhkan bahan baku yang langka di Eropa.
Revolusi industri yang dimulai dari Eropa sejatinya telah menggusur Feodalisme, pemungut rente atas sewa tanah di tanah yang dikuasai para raja-raja. Ditangan raja-raja, kapital bergerak lamban, uang hanya sebagai alat pembayaran semata. Tanah hanya objek yang berguna hanya untuk satu produktivitas semata.
Ketika Eropa berubah akibat revolusi industri, kolonialisme pun berubah wujud. Inggris sebagai pusat revolusi industri dan kekuatan utama kolonialisme, menata wilayah koloni jajahannya sesuai kebutuhan Industri. Ditengah riuh revolusi industri dan koloni-koloni jajahan, perdebatan gagasan pun muncul; Karl Marx dan Friedrich Engels adalah pengkritik utama terhadap buah dari revolusi industri, yaitu munculnya kapitalisme.
Indonesia moderen berdiri diatas wilayah kolonial bangsa Belanda. Kolonialisme telah membuat perasaan senasib-sepenanggungan. Kolonialisme lah yang memperkenalkan kerja-kerja industri.
Hanya saja Belanda adalah negara yang cukup terbelakang pada saat revolusi industri. Belanda sejak awal menjadi pusat perdagangan bahan baku industri dan penyokong bahan pangan Eropa. Koloni Belanda menyesuaikan kebutuhan tersebut. Perkebunan jadi andalan Belanda di Indonesia. Sebagai negara industri terbelakang, perkebunan Belanda merupakan kombinasi antara praktek kapitalisme dan feodalisme. Perkebunan Belanda di Indonesia mengkombinasikan perampasan tanah dan perekrutan masif tenaga kerja murah perkebunan karena minimnya pengunaan teknologi.
Secara historis, praktek industri warisan Belanda inilah yang menjadi dasar kapitalisme Indonesia moderen.
Merdeka dan Kemandirian Bangsa
Semenjak revolusi Rusia 1917, gerakan kemerdekaan melawan penguasa kolonial tumbuh subur di seluruh wilayah koloni bangsa Eropa, tak terkecuali di Indonesia. Perlawanan kelas pekerja menuntut kemerdekaan yang dimotori pemogokan kaum buruh di perkebunan-perkebunan, di pabrik-pabrik dan sektor-sektor transportasi kereta api dan kapal laut bermesin uap, mampu melumpuhkan sumber-sumber ekonomi bangsa Eropa yang saat itu mulai terlibat perang dunia pertama. Dan saat memasuki krisis besar 1929, kekuatan kelas pekerja semakin membuka kesempatan bangsa-bangsa terjajah untuk merdeka.
Tak heran kemudian para pendiri bangsa kita meletakan dasar Indonesia merdeka dalam semangat anti kolonialisme, dan anti kolonialisme hanya bisa bertahan jika bangsa kita mampu mandiri, berdiri diatas kaki sendiri. Dan tentu, menghilangkan praktek-praktek penjajahan yang merampas tanah sewenang-wenang dan membayar upah pekerja murah setelah tanah mereka dirampas.
Buruh adalah anak kandung petani. Begitulah yang terjadi dalam sejarah bangsa Indonesia. Kombinasi perjuangan kedua sektor tersebut terbukti mampu membawa Indonesia merdeka dari penjajahan kolonial bangsa Eropa.
Menjadikan Kemandirian Sebagai Kekuatan Menghadapi Tantangan Globalisasi Moderen
Setelah Indonesia merdeka, upaya membangun secara mandiri sebuah...