CAHAYASIANG.ID // Jakarta – Memperingati ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 Jaya Suprana School of Performing Arts bersama Wawan Sofwan pada Sabtu (13/8) menyelenggarakan pementasan monolog Bung Karno dengan judul “Besok, atau Tidak Sama Sekali” di Studio Jaya Suprana School, Mall of Indonesia, Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu (13/8).
Naskah & Monolog Wawan Sofwan bercerita tentang proses Bung Karno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebuah pertunjukan berdasarkan sejarah Indonesia dan dalam situasi detik-detik menjelang Kemerdekaan Negara Republik Indonesia dan tentang tokoh proklamator kita Bung Karno. Apa saja yang terjadi ketika menghadapi masa kejatuhan penjajahan Jepang.
Jaya Suprana yang dikenal sebagai seorang budayawan multitalenta yang berkarya sebagai pianis, komponis, penulis, industriawan, karikaturis, klirumolog, humorolog, pembicara publik, presenter tv dan sebagai pendiri Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) mengakui menikmati meyaksikan pementasan monolog Bung Karno dengan judul “Besok, atau Tidak Sama Sekali”.
“Penampilan Mas Wawan memang luar biasa, saya sampai menangis. Saya baru tahu pengorbanan yang telah dilakukan oleh para pendiri bangsa ini. Walaupun anda membuat saya menangis saya berterima kasih,” ujar Jaya Suprana.
Pada tahun 2009 bersama Aylawati Sarwono mendirikan Jaya Suprana School of Performing Arts yang didedikasikan sebagai wadah kegiatan sosial budaya bagi para seniman-seniman muda berbakat Indonesia.
Hal senada dikatakan Gatot Nurmantyo, bahwa dirinya juga menyimak bagaimana perjuangan bukan hanya Bung Karno, tentunya para pejuang yang dengan ketulusan hati rela untuk mengusir penjajah. “Saya tidak bisa menyimpulkan, tapi dalam kondisi “Besok, atau tidak sama sekali” saya katakana bangkit atau punah,” kata mantan Panglima TNI.
Pada kesempatan itu, Gatot membaca puisi yang ditujukan kepada Soekarnois dan khususnya kepada para pemuda sebagai pewaris negeri ini dan tulang punggung bangsa yang tentuanya harus punya visi dalam mengamati situasi sekarang ini hingga melanjutkan apa yang sudah dilakukan Bung Karno menjadi bangsa yang besar.
Selanjutnya, Gatot Nurmantyo menyerahkan penghargaan Rekor Muri kepada Wawan Sofyan sebagai seniman teather yang mementaskan monolog Bung Karno terbanyak sehingga ditetapkan sebanyak 85 kali sejak tahun 2002.
Dalam pidato kebangsaan, Try Sutrisno menyampaikan, untuk mengobarkan kembali rasa perjuangan khususnya para generasi muda. “Anda akan tetap menjadi harapan bangsa sebagai pelopor bangsa tetap memiliki jatidiri Indonesia, yaitu pelajari Pancasila. Renungkan, hayati dan buktikan, bangkitkan daya juang kita memperjuangkan karunia Tuhan,” imbuhnya.
Dalam pertemuan ini, katanya, disamping mengingat kebesaran Bung Karno sebagai perintis kemerdekaan, pejuang 45, juga mengingatkan setiap generasi penerus untuk memberikan kewajiban ini membangun bangsa. “77 Tahun Kemerdekaan RI suatu momentum dalam menyongsong masa depan, Tahun 2045 Insya Allah Indonesia Emas,” ucap Wakil Presiden Indonesia ke-6 periode 1993–1998 itu.
Sinopsis Monolog Bung Karno
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh presiden pertama, Bung Karno pada tahun 1945 merupakan tonggak penting dalam sejarah terbentuknya Republik Indonesia. Didalamnya, terkandung banyak peristiwa yang menggambarkan situasi perjuangan rakyat Indonesia dalam menggambarkan situasi perjuangan rakyat Indonesia dalam melepaskan diri dari kungkungan penjajahan. Perjuangan Indonesia tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berjasa dan berperan aktif untuk mendeklarasikan berdaulatnya bangsa Indonesia di dunia.
Pertunjukkan monolog “Besok, atau Tidak Sama Sekali” ialah sebuah pertunjukan yang berdasarkan sejarah Indonesia, tokoh proklamator bangsa, dan situasi detik-detik kemerdekaan Indonesia. Di dalamnya, berkisah Bung Karno, mengingatkan kembali kejadian-kejadian beruntun selama tiga hari sampai pada proses penyusunan naskah proklamasi.
Situasi Bung Karno ketika menunggu Bung Hatta untuk membacakan teks proklamasi tidak banyak diketahui oleh sebagian besar masyarakat. Dalam hal ini, monolog “Besok, atau Tidak sama sekali” bagian dari memperlihatkan apa saja yang terjadi dalam diri Bung Karno ketika menghadapi masa kejatuhan penjajahan Jepang.
Selama tiga hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Bung Karno melewati masa-masa paling berpengaruh untuk bisa berdiri sebagai Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia. Gesekan-gesekan dengan orang-orang terdekat, Bung Karno, yang akhirnya mempengaruhi pengambilan keputusan penting tidak hanya untuk dirinya juga kelangsungan Bangsa Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut, Wawan Sofyan seorang Sutradara dan Aktor Teater pada tahun 2022 ini mendapatkan undangan khsusus untuk tampil dan berpatisipasi dalam kegiatan Explorations Festival Melbourne yang diadakan oleh La Mama Theatre Melbourne. (red/dey)