
CAHAYASIANG.ID, Sangihe – Cuaca ekstrem yang melanda beberapa wilayah di Kabupaten Sangihe telah menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur dan mengancam keselamatan masyarakat. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sangihe, Wandu C.C. Labesi, menyatakan bahwa dampak terbesar dirasakan di wilayah yang memiliki infrastruktur vital. Kondisi ini mendorong pemerintah daerah untuk menetapkan status darurat bencana sebagai langkah penanganan awal.
Salah satu titik terdampak paling parah adalah jembatan Mentuhe di Kampung Taloarane Satu, Kecamatan Manganitu. Jembatan ini merupakan akses utama menuju Politeknik Negeri Nusa Utara dan Kampung Taloarane Satu. Kerusakan pada jembatan tersebut telah mempersulit mobilitas warga. Selain itu, talud pengaman sungai sepanjang 18 meter di wilayah yang sama mengalami kerusakan parah, sehingga membahayakan rumah-rumah di sekitarnya. Infrastruktur lain, seperti toilet umum yang baru dibangun, juga terancam rusak jika penanganan segera tidak dilakukan.
Di wilayah lain, jembatan penghubung antara Kampung Sowaeng dan Batunderang mengalami kerusakan ringan. Meski tidak terlalu parah, kondisi ini tetap membutuhkan perhatian pemerintah agar tidak menghambat akses warga. Selain itu, beberapa kampung dilaporkan mengalami banjir yang merendam lahan pertanian dan sawah, meskipun kerusakan pada infrastruktur utama di wilayah tersebut masih relatif kecil.
Langkah penanganan darurat telah disiapkan untuk memulihkan akses masyarakat dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut. Kaban BPBD Wandu C.C. Labesi menyatakan bahwa pemerintah daerah akan fokus pada upaya perbaikan sementara sambil mempersiapkan perencanaan untuk solusi permanen. “Pemulihan infrastruktur secara permanen memerlukan waktu, tetapi langkah darurat harus dilakukan agar aktivitas masyarakat tetap berjalan,” ungkap Labesi.
Selain penanganan infrastruktur, pemerintah daerah juga menyalurkan bantuan berupa sembako kepada warga terdampak. Bantuan ini terutama diberikan kepada warga yang mengalami kerugian signifikan akibat banjir dan kerusakan infrastruktur. Namun, bagi masyarakat yang sudah terbiasa menghadapi genangan air musiman, diimbau untuk tetap meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi ancaman cuaca ekstrim.
Masyarakat yang tinggal di lereng perbukitan juga diminta untuk berhati-hati terhadap potensi longsor, terutama dengan curah hujan yang masih tinggi. Warga di sekitar bantaran sungai diingatkan untuk memonitor kenaikan debit air yang dapat memicu banjir mendadak. BPBD menegaskan pentingnya kesiapsiagaan warga dalam menghadapi kemungkinan terburuk akibat cuaca ekstrem.
Bagi masyarakat yang bepergian, terutama dengan kendaraan roda dua atau roda empat, disarankan untuk memantau kondisi cuaca dan menghindari wilayah yang rawan tanah longsor atau pohon tumbang. Labesi menekankan bahwa keselamatan jiwa harus menjadi prioritas utama. “Kerusakan materi bisa diperbaiki, tetapi nyawa tidak bisa digantikan,” tegasnya.
Pemerintah daerah berharap masyarakat tetap waspada dan bersikap bijaksana dalam menghadapi situasi ini. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat diharapkan mampu meminimalisir dampak cuaca ekstrem, baik terhadap keselamatan jiwa maupun kerusakan infrastruktur. Langkah-langkah proaktif akan terus dilakukan untuk melindungi warga Sangihe dari ancaman bencana alam. (*Anto Harindah)