
CAHAYASIANG.ID, Sangihe – Saat datang dijemput dengan adat, begitu juga saat kembali dilepas dengan adat. Begitulah tradisi yang dijalankan di Tanah Tampungang Lawo bagi pemimpin yang telah mengemban tugasnya. Penjabat Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe, Albert Huppy Wounde, SH., MH., resmi menyelesaikan masa jabatannya setelah kurang lebih sembilan bulan bertugas.

Momen perpisahan ini menjadi sakral dan penuh makna. Bersama sang istri, Josephine M. Taco, Wounde dilepas secara adat sebelum kembali ke Jakarta untuk menjalankan tugas sebagai Kepala Biro SDM di PPATK. Tradisi ini mencerminkan betapa eratnya hubungan antara pemimpin dan masyarakat di Sangihe.
Acara pelepasan diawali dengan ibadah yang dipimpin oleh Ketua Umum Sinode GMIST, Pendeta DR. Welman Boba, M.Th. Doa dan ucapan syukur mengiringi perjalanan kepemimpinan Wounde yang telah berakhir, mengingat peran dan tanggung jawab besar yang telah diembannya.
Setelah ibadah, rangkaian prosesi adat berlangsung dengan khidmat. Para tetua adat memberikan doa restu serta simbol-simbol penghormatan kepada Wounde dan istri sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi mereka. Suasana haru begitu terasa di antara masyarakat yang hadir.

Dalam sambutannya, Wounde menyampaikan bahwa kebersamaan dan kekeluargaan adalah hal paling berharga dalam setiap perjalanan pengabdian. Ia merasa diterima dengan baik sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Sangihe.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa selama menjabat sebagai Pimpinan Forkopimda, ia menyaksikan bagaimana rasa kekeluargaan di antara para pemimpin institusi begitu erat. Ia mengapresiasi kerja sama yang terjalin demi kemajuan daerah.
“Setiap pemimpin memiliki tanggung jawab di institusinya masing-masing, tetapi yang membuat kita kuat adalah kebersamaan. Tanpa kekompakan, mustahil kita bisa membawa perubahan yang baik,” ungkapnya dengan penuh haru.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh elemen masyarakat, pemerintah daerah, serta para tokoh adat dan agama yang telah mendukung kepemimpinannya selama ini. Wounde berharap, nilai-nilai kebersamaan ini akan terus dijaga demi kesejahteraan masyarakat Sangihe.

Mengakhiri sambutannya tak lupa dirinya memohon maaf sekiranya ada kesalahan, atau kata-kata yang menyinggung perasaan saudara sekalian.
Masyarakat yang hadir pun tak kuasa menyembunyikan rasa haru. Beberapa di antara mereka menyampaikan testimoni mengenai kepemimpinan Wounde yang dinilai peduli dan dekat dengan rakyat.
Di akhir acara, prosesi adat terakhir dilakukan sebagai tanda perpisahan resmi. Doa dan restu mengiringi langkah Wounde dan istrinya meninggalkan Sangihe, membawa kenangan manis yang akan selalu melekat dalam ingatan mereka.
Pelepasan ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga bentuk penghormatan mendalam atas pengabdian seorang pemimpin yang telah memberikan waktu dan tenaga demi kemajuan Tanah Tampungang Lawo.
(*Anto Harindah)