JAKARTA (CAHAYASIANG.ID) – Pemerintah telah memutuskan memberikan vaksin dosis ketiga atau booster kepada masyarakat mulai 12 Januari 2022 lalu. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun telah mengeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) 5 vaksin Covid-19 untuk booster.
Kelima vaksin tersebut yakni, Sinovac, Pfizer, AstraZeneca untuk homologous. Sementara Moderna untuk homologous dan heterologous serta Zifivax untuk heterologous.
Sebelumnya, vaksin yang digadang-gadang akan digunakan sebagai booster adalah vaksin buatan dalam negeri, yakni Vaksin Nusantara dan Vaksin Merah Putih.
Namun, Vaksin Nusantara dan Vaksin Merah Putih justru tak mendapat atensi dari pemerintah untuk dijadikan booster.
Tidak adanya Vaksin Nusantara dalam kebijakan booster itu tak pelak menuai pertanyaan dari masyarakat luas. Salah satunya dari Pendeta Gilbert Lumoindong.
Menurutnya, Vaksin Nusantara telah banyak digunakan oleh sejumlah pejabat di Tanah Air. Terakhir, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto bahkan melakukan booster dengan Vaksin Nusantara.
“Indonesia sebetulnya bisa buat vaksin, yaitu Vaksin Nusantara dan sedang uji klinis dan sampai sekarang terbukti ada banyak jenderal, saya dengar Pak Prabowo dan Pak Hendropriyono serta beberapa orang DPR juga dan pimpinan negeri ini sudah menerima Vaksin Nusantar,” ujar Gilbert dalam akun YouTube miliknya yang diberi judul “KEBIJAKAN VAKSIN BOOSTER: DIMANA VAKSIN NUSANTARA DAN VAKSIN MERAH PUTIH”, dilihat Minggu (30/1).
Gilbert juga mengaku telah menerima Vaksin Nusantara. Menurutnya, hasilnya sangat baik.
“Inilah vaksin dengan lompatan vaskin yang lebih tinggi yaitu sel dendritik, bisa dilihat di internet bagaimana kekuatannya (sel dendritik),” katanya.
Gilbert mengaku, hingga kini dia belum bisa mengerti kenapa pemerintah mempertahankan untuk vaksin yang setiap 6 bulan diperbaharui.
“Kalau setiap 6 bulan kita harus divaksin, lama-lama berapa kali kita harus divaksin. Israel pun sudah vaksin keempat. Kenapa tidak pemerintah tidak membuka diri tentang Vaksin Nusantara. Apakah ada permainan politik. Karena kalau alasan kesehatan sel dendritik ini sudah terbukti,” ucapnya.
Justru, banyak isu yang beredar bahwa belum uji klinis, hasilnya belum jelas, dapur klinisnya tidak terbuka untuk umum, lalu tidak berlaku massal.
"Saya betul-betul belum mengerti kenapa ada penekanan terhadap...