CAHAYASIANG.ID, Sangihe – Hari itu Kamis 21 November 2024. Kendati diliputi hujan lebat, puluhan ribu massa pendukung Tamuntuan-Seliang tak surut sedikit pun. Mereka terus bergerak memadati lokasi kampanye akbar di kompleks Pelabuhan Tua, Kota tahuna.
Inilah memontum terakbar dalam sejarah politik electoral di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
“Sejauh ini, belum pernah ada gerakan massa sespektakuler ini dalam pantauan kami setiap kali ada momentum Pilkada,” ujar Agus Hari, seorang jurnalis senior yang mantan Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sulut.
Jumlah massa riil yang memerahkan kota teluk Tahuna itu dalam data Tim Pemenangan pasangan dr. Rinny Tamuntuan-Mario Seliang, SE disebutkan mendekati 30 ribu orang.
“Kami punya data riil massa yang hadir dalam kampanye akbar pasangan Tamang dari tiap wilayah yang hadir mendekati 30 ribu orang,” ujar Gunfanus Takalawangeng, sekretaris Tim Pemenangan Tamang.
Dikatakannya, jumlah massa ini relatif dapat dibuktikan dengan tayangan video dari Tim Pemenangan yang ditayang diberbagai platform media massa dan media social sejauh ini.
Membatah berita sebuah media online yang menyatakan jumlah massa kampanye akbar pasangan Tamang hanya 12 ribu orang, Gunfanus mengatakan itu data yang tak berdasar alias bohong.
“Saya baca tulisan di media itu yang berusaha membuat narasi pembongan public, karena menampilkan data yang sumbernya tak jelas. Tujuan pemberitaan itu dimaksudkan ingin melemahkan posisi pasangan Tamang, tapi siapa yang mau percaya pada berita tanpa sumber jelas,” ungkapnya.
Bahkan, tambah Gunfanus, sudah beberapa kali sang penulis berita yang dengan tendensius ini melansir pemberitaan yang bernada pembusukan terhadap pasangan Tamang.
“Saya tidak mengerti, mengapa ada jurnalis bekerja tanpa etika netralitas seperti itu. Menyudutkan pasangan yang satu, lalu mengangkat pamor pasangan yang lain. Bukankah dunia jurnalisme itu punya kode etik jurnalistik yang mengusung netralitas dalam pemberitaan,” kata Gunfanus.
Dikatakannya, harusnya bila memberitakan data kampanye pasangan Tamang, sang penulis berita harus melakukan konfirmasi ke pihak Tim Tamang, hingga data dari sumber tak jelas itu dapat dibandingkan dengan data riil dari pelaksana kampanye Tamang.
“Sebagai orang yang pernah bekerja di industry media massa, kami menyebut berita semacam itu sebagai berita sesat dan tak tahu etika jurnalistik,” ungkap Gunfanus.
Namun dikatakan dia, pasangan Tamang tak tergoyahkan hanya dengan selentingan berita tak berguna seperti itu.
Dengan performa dukungan massa riil dalam kampanye akbar terakhir pasangan Tamang yang dipadati puluhan ribu orang ini, kata Gunfanus, pihaknya hanya bisa mengucap syukur kepada Tuhan yang selalu menyertai perjuangan Tamang demi Kabupaten Sangihe yang lebih baik ke depan.
“Kami selayaknya berterima kasih kepada Tuhan atas perkenanannya, serta terima kasih untuk semua warga Sangihe yang telah mendukung dan memberi kekuatan untuk kami menyongsong kemenangan bersama,” imbuhnya. (***)