JAKARTA (CAHAYASIANG.ID) – Pria bertubuh atletis ini punya kedekatan khusus dengan wartawan. Dia berpikir positif, dan berkeyakinan bahwa bergaul dengan pers, banyak manfaatnya untuk kehidupan pers, khususnya dalam pemberitaan. Dia adalah Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) DKI Jakarta, Reda Mathovani.
“Setidaknya kalau membantu memberi informasi wartawan, wartawan tidak mencari kemana-mana. Kalau mencari kemana-mana, ketemu sumber yang kurang pas, pesan yang disampaikan dalam berita menjadi tidak jelas,” kata Reda Manthovani pemilik tubuh langsing tersebut ketika berbicara di atas podium saat menerima penghargaan Sahabat Pers Indonesia dari Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), yang diserahkan langsung Ketua Umum SMSI Firdaus, Rabu 23 Maret 2022 di Hotel Jayakarta, Jalan Hayam Wuruk, Jakarta.
Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) DKI Jakarta, Reda Mathovani memulai karirnya usai belajar hukum di Fakultas Hukum Universitas Pancasila (1988-1992). Merasa ilmu hukumnya belum cukup, Reda Manthovani kemudian melanjutkan jenjang lebih tinggi, strata dua di Perancis, yakni di Faculté de Droit de l’UniversitédAix, Marseille III France, (2001-2002). Gelarnya menjadi SH, LL.M.
Itulah Reda yang dikenal sangat akrab dengan pers ini. Sangking dekatnya, sambutanpun mengemah tatkala namanya disebut sebegai salah satu penerima piagam penghargaan Sahabat Pers Indonesia dari Serikat Media Siber Indonesia (SMSI). Ia pun dipersilakan naik panggung.
Lalu ia berbicara dengan suara kalem di depan hadirin dan pengurus SMSI antara lain Aat Surya Safaat, Lesman Bangun, Ervik Ary Susanto, Bernadus Wilson Lumi, M. Nasir, Dar Edi Yoga, Zulnadi, dan Gugus Suryaman.
Di deretan meja paling depan, dekat panggung, juga hadir Komandan Pusat Sandi dan Siber TNI Angkatan Darat Brigjen TNI Iroth Sonny Edhie, Drs. KH. M. Ma’shum Hidayatullah, MM kiai terkenal di kalangan TNI, Mayjen TNI (Purn) Joko Warasito, Mayjen TNI (Purn) Wuryanto, Brigjen Yudha, dan Pegasus Kepala Staf TNI Angkatan Darat Asep, dan pendiri Bukit Algoritma Budiman Sudjatmiko.
Reda kemudian menyampaikan pengalamannya yang berhubungan dengan pers. Ia tahu kehidupan pers karena katika kuliah dia menjadi pemimpin redaksi pers kampus.
“Saya tahu suka duka wartawan mencari berita,” tutur pria kelahiran Jakarta, 20 Juni 1969 itu.
Ia menceriterakan, dulu, ketika ia pulang dari Jakarta ke Serang, ia sering melihat gedung Persatun Wartawan Indonesia (PWI) yang kelihatan suram. “Saya ingin mampir,” kata mantan Kajati Banten itu.
Dia akhirnya mampir ke PWI Banten itu, walaupun beberapa wartawan berniat berkunjung ke kantor Reda. “Kami minta kami saja yang datang ke kantor PWI untuk berkenalan dengan wartawan-wartawan. Sehingga persahabatan itu terjalin tyanpa batas,” kata Reda.
“Banyak manfaatnya, selain bisa membantu informasi wartawan supaya beritanya berimbang, juga ada manfaat lain yang tidak langsung. Ada untungnya saya bisa jadi Kajati DKI Jakarta sekarang,” tambahnya yang disambut ketawa “gerr” dari hadirin. (*)