CAHAYASIANG.ID, Manado – Salah satu tempat yang menonjol dan terkenal di Kota Tomohon adalah Gunung Lokon. Gunung ini merupakan salah satu dari 129 gunung api aktif yang terdapat di Indonesia.
Dengan ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut atau disingkat mdpl, gunung ini merupakan salah satu tempat pendakian favorit pendakian, terutama oleh para warga Sulawesi Utara yang ingin menikmati wisata pengunungan.
Gunung Lokon menyimpan ekosistem khas berupa hutan pegunungan dengan gunung berapi yang masih aktif dan mempunyai dua kepundan yang menjadi daya tariknya. Selain memiliki fenomena alam itu, Cagar Alam Gunung Lokon juga memiliki keanekaragaman tumbuhan dan satwa unik.
Akan tetapi, Gunung Lokon yang diartikan sebagai yang tertua atau terbesar ini, telah ditegaskan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara (BKSDA Sulut) sebagai bukan tempat wisata. Penegasan Gunung Lokon adalah bukan tempat wisata dikarenakan gunung tersebut merupakan salah satu kawasan konservasi di bawah pengelolaan BKSDA Sulut yang berstatus sebagai Cagar Alam berluaskan 720 hektar (Ha).
Cagar Alam (CA) memiliki arti kawasan yang dilindungi karena memiliki keunikan flora, fauna, dan ekosistemnya, serta perlu dilestarikan dan perkembangannya berlangsung secara alami. Cagar alam merupakan bagian dari kawasan konservasi dan tidak diperuntukkan bagi kegiatan komersial.
“Artinya, segala bentuk aktivitas wisata di dalamnya dilarang. Stasus CA itu berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) Kehutanan Nomor SK.734/Menhut-II/2014, yang ditetapkan pada 2 September 2014.,” ucap Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sulut, Hendrieks Rundengan.
Secara singkat dijelaskan Hendrieks, penetapan Kepmen terebut diawali oleh penunjukkan pemerintah Belanda pada tahun 1932 dengan istilah “Boschekomplex Gonoenglokon” yang berarti kompleks hutan Gunung Lokon.
Lebih lanjut Hendrieks menjelaskan, berdasarkan Peraturan Pemerintah (Permen) Nomor 29 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, jenis kegiatan yang dapat dilakukan dalam kawasan CA Gunung Lokon adalah penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam, penyerapan atau penyimpanan karbon, serta pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya.
“Jadi kegiatan apapun tanpa izin dari pengelola seperti aktivitas wisata termasuk pendakian dan sejenisnya, apalagi kegiatan perambahan, perburuan dan pembalakan, aktivitas perambahan, dilarang di CA Gunung Lokon,” tandas Hendrieks.
Terkait ini, BKSDA Sulut dijelaskan Hendrieks, berupaya untuk melakukan perlindungan dan pelestarian CA Gunung Lokon melalui penyusunan rencana pengelolaan, identifikasi dan inventarisasi potensi kawasan, operasi pengamanan dan patrol rutin, dan sosialisasi aturan.
“Juga kegiatan pembinaan daerah penyangga, pemeliharaan batas, pembinaan kader konservasi, pengemabngan kemitraan,” ujarnya.
Hendrieks pun menyebut bahwa belum lama ini, pihak BKSDA Sulut telah melaksanakan rapat koordinasi terkait Status Cagar Alam Gunung Lokon, bersama Dinas Pariwisata Kota Tomohon, BPBD Kota Tomohon dan HPI Kota Tomohon.
Sinergitas antar instansi dan lembaga daerah sangat perlu dilakukan terlebih dalam upaya perlindungan dan pelestarian CA Gunung Lokon. “Mari kita bersama lindungi Cagar Alam Gunung Lokon agar tetap lestari bagi generasi mendatang. Kita jaga, bukan dieksploitasi,” himbau Hendrieks. (ak)
