CAHAYASIANG.ID, SULUT – Kampus Politeknik Negeri Manado (Polimdo) sukses menggelar Pra Focus Group Discussion (FGD) terkait Pengembangan Program Studi Master Terapan Pariwisata yang di gelar di Gedung Theater, Kamis (06/6/2024).
Kegiatan Pra FGD ini menjadi wadah interaktif bagi Direktur Politeknik Negeri Manado Dra Mareyke Alelo, MBA, Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Polimdo, Selvy Kalele,SE.MSi, Ketua Jurusan Dr. Bernadain Dainty Polii, S.Pd, M.Pd dan para tamu undangan.
Adapun pra FGD melihat Jurusan Pariwisata tidak hanya menghasilkan kelulusan di tingkat D4 setara S1 melainkan hingga ke tingkat S2 atau gelar Master.
“Dengan memperhatikan potensi tempat wisata yang ada di Sulut, saya berpendapat selain ketersediaan anggaran dari pemerintah dibutuhkan juga tenaga kerja yang berkualitas, tentu saja harus ditunjang dengan pendidikan yang maksimal.” Ujar Direktur Alelo.
Untuk mewujudkannya, dibutuhkan peran dari berbagai pihak, seperti pemerintah, pelaku industri pariwisata, akademisi, tokoh masyarakat, dan media, untuk berkolaborasi dan berbagi pandangan serta masukan yang berharga terkait pendirian perguruan tinggi negeri di bidang pariwisata.
Pra Focus Group Discussion ini juga bertujuan untuk mengumpulkan masukan, ide, dan pendapat dari para pemangku kepentingan utama mengenai pengembangan sektor Pariwisata di Sulawesi Utara.
Untuk itu, Direktur Mareyke Alelo mengharapkan dukungan tiap pihak agar program studi Master Terapan Pariwisata ini segera berlangsung di Polimdo.
“Bukan hanya bapak ibu bisa meraih gelar akademik tetapi seorang master terapan di pariwisata sangat dibutuhkan daerah ini. Anak-anak kita atau kita sendiri yang ingin memperoleh gelar master terapan, harus ke Bali atau ke Jakarta. Sementara kawasan kita ditetapkan sebagai salah satu destinasi super prioritas,” terang Direktur Alelo.
Sekalipun masih Pra FGD, namun Diskusi sangat penting karena membahas hal-hal seperti kebutuhan sumber daya manusia di sektor pariwisata, status saat ini dan masa depan sektor pariwisata di provinsi Sulawesi Utara, peluang pasar potensial, serta infrastruktur yang diperlukan untuk perguruan tinggi.
Menurut Alelo Program studi Master Terapan Pariwisata sangat penting. Di Sulawesi Utara kita kekurangan ini. Masa harus ke Bali atau Jakarta. Dari segi cost itu sangat tinggi dan kedua ini daerah pariwisata mengapa tidak mengembangkan itu.
Lanjut Alelo, Gelar master yang nantinya ada di Polimdo bukan Master Akademik melainkan Master Terapan. Sehingga yang akan mengikuti program ini harus terekspos pada kondisi real di lapangan, kondisi-kondisi yang harus dikembangkan, kondisi ideal dan dibutuhkan.
“Nanti pada pertemuan berikut kita akan membahas lebih dalam lagi. Kami sangat berharap ini dapat didukung karena Kedepannya lagi kita bisa mengembangkan hingga gelar Doktor Pariwisata di Polimdo,” harap Direktur Alelo. (*OmPetu)