JAKARTA (CAHAYASIANG.ID) – Pemecatan Prof DR Dr Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K) RO dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) secara permanen mengejutkan banyak pihak. Bagaimana tidak, keahlian Terawan telah diakui di tingkat dunia.
Salah satu pendiri Beranda Ruang Diskusi yang juga Pengasuh Hukum Media Universitas Atmajaya Jakarta, Christiana Chelsia Chan, mengatakan bahwa di dalam diri dokter Terawan ada dua status yang diemban, yaitu status sebagai dokter dan prajurit.
“Sehingga dalam menjalankan tugasnya dia harus patuh pada dua aturan dan etika tersebut. Pertama aturan dan etika kedokteran, kedua mematuhi aturan dan etika sebagai militer apalagi sebagai perwira tinggi TNI,” ujar Chelsia Chan.
Pembuktian jika beliau mampu menjalankan peran ini dengan baik dan benar, jelas Chelsia, ketika dia menjabat sebagai Ketua Komite Etik Kedokteran di RSPAD selama dua tahun, dan dipercaya oleh dunia internasional untuk menjadi Ketua ICMM (International Committee of Military Medicine) dari tahun 2015-2017 yang berkantor pusat di Brussels, Belgium dengan 119 negara anggota.
“Setelah itu dr Terawan menjabat sebagai Ketua Kehormatan ICMM sejak 2019,” kata Chelsia yang juga Ahli Pers Dewan Pers.
Sebagai orang Indonesia, tegas Chelsia, kita harus bangga karena dokter Terawan memimpin ICMM. Selama ini belum ada putra Indonesia mengemban jabatan itu. Apalagi karya dan inovasi dr Terawan di bidang pengobatan medis diakui oleh dunia Internasional.
Ditambahkan Chelsia, dalam temuannya, Ia menggunakan metode baru untuk menangani pasien stroke yang disebut dengan terapi cuci otak dan penerapan program DSA (Digital Substraction Angiogram). Metode ini telah membantu kesembuhan sekitar 120 ribu pasien.
“Dalam diskusi yang pernah diselenggarakan oleh Beranda Ruang Diskusi, bahwa sejak pandemi virus corona merebak di hampir seluruh wilayah tanah air, dokter Terawan dan tim penelitiannya dan tim medis nya terus melakukan penelitian untuk bisa membuat Vaksin Nusantara yang telah dirasakan manfaatnya seperti diakui sejumlah relawan Vaksin Nusantara mulai dari pejabat tinggi negara, pejabat militer, politisi, artis hingga masyarakat biasa,” imbuh Chelsia.
Saat berjumpa dalam kesempatan baik beberapa tahun lalu, jelas terlihat bahwa dr Terawan tidak hanya mengandalkan etika penelitian, etika kedokteran, norma masyarakat, tapi juga mengandalkan Tuhan sesuai iman keyakinannya dalam melaksanakan tugas upaya menyembuhkan pasiennya. Tinggi ilmu, tinggi pengabdian, tinggi iman.*