CAHAYASIANG.ID, SULUT – Gubernur Sulawesi Utara Prof DR (HC) Olly Dondokambey,SE dan Wakil Gubernur Drs Steven Kandouw (ODSK) terus menunjukkan komitmen dan keseriusannya dalam membangun sendi perekonomian daerah.

Program ODSK menyasar dari hulu hingga ke hilir, mulai dari optimalisasi komiditas ekspor di bidang pertanian lewat program Marijo Bakobong, serta mendorong optimalisasi sektor peternakan dengan berbagai produk turunannya merupakan salah satu di antaranya.
Tidak hanya berhenti di situ saja, duet ODSK ini juga memastikan komoditas komoditas tersebut berhasil dipasarkan entah lewat pelabuhan laut Bitung dan atau lewat jalur udara dengan sistem direct call-nya.
Selain itu, kunjungan kerja ke berbagai Negara tujuan ekspor juga dilakukan. Selain mengajak berinvestasi, Gubernur Olly juga kerap memperkenalkan berbagai keunggulan Sulawesi Utara dengan segudang kekayaan alamnya. Semua benar benar dipikirkan secara matang dari hulu ke hilir.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut merilis data terkait nilai ekspor komoditi asal Sulawesi Utara (Sulut) di bulan April 2024, tercatat sebesar USD 77,67 juta.
Angka ini mengalami peningkatan secara bulanan (month to month) sebesar 78,96 persen dibandingkan bulan Maret 2024.
Adapun negara tujuan ekspor terbesar komoditi asal Sulut pada April 2024 ini adalah negara Belanda dengan total ekspor sebesar USD 26,94 juta atau 34,69 persen dari total keseluruhan nilai ekspor.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut, Asim Saputra, mengatakan jika nilai ekspor ke Belanda ini mengalami kenaikan sangat signifikan baik secara month to month maupun secara year on year.
“Ada pertumbuhan 441,33 persen secara month to month, dan secara year on year tumbuh sebesar 230,73 persen,” ujar Asim.
Sementara itu, China juga masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar komoditi asal Sulut. Tercatat pada April 2024 ini senilai USD 19,03 juta atau 24,50 persen dari total nilai ekspor asal Sulut.
“Kawasan Asia masih menjadi pangsa pasar terbesar komoditi ekspor asal Sulut, di mana pada April 2024 ini tercatat sebesar USD 38,58 juta atau 49,68 persen dari total. Sementara kawasan Eropa senilai USD 30,40 juta atau 39,15 persen dari total nilai ekspor,” ujar Asim.
Diketahui, untuk komoditas ekspor terbesar pada April 2024 masih didominasi lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), senilai USD 53,40 juta atau 68,75 persen dari total ekspor.
Wakil Gubernur Sulut Drs Steven Kandouw pernah mengatakan bahwa Pertumbuhan ekonomi wujudnya adalah ekspor.
“Kita ini ada di pintu gerbang pasifik, yang paling dekat di Indonesia titiknya adalah Sulut. Sehingga menjadi heran kalau tidak bisa membangun ekspor. Semenjak lobi Pak Gubernur Olly, terlihat dengan berbagai macam infrastruktur yang jadi, yakni terminal peti kemas, tol ditambah breakthrough regulasi kita, ekspor Sulut aksesnya semakin terbuka,” ujar Wagub.
Kondisi ini, ungkap Kandouw, berhasil mengurangi cost ekspor yang sebelumnya melewati rute berputar Bitung-Makassar menuju Cina, Jepang sebagian dibawa ke Surabaya, Jakarta ke Eropa lewat Singapura dan seterusnya. (***)




