(CAHAYASIANG.ID) Internaional – Bank Dunia mengimbau negara anggota G20 untuk mengabulkan pemutihan utang bagi negara miskin. Desakan terutama diarahkan kepada Cina yang menghimpun 40 persen dari total beban utang tahunan 16 negara termiskin di dunia.
Resesi ekonomi akibat pandemi Covid-19 selama 2020 menempatkan sekitar 60% negara berpenghasilan rendah di bawah ancaman krisis utang, demikian kesimpulan Prospek Ekonomi Global yang dirilis Bank Dunia, Selasa (11/1).
“Bahaya munculnya gelombang wanprestasi yang berantakan semakin membesar,” kata Presiden Bank Dunia, David Malpass, yang juga mewanti-wanti risiko serupa juga dihadapi sejumlah negara berkembang.
Peringatan tersebut diarahkan terhadap negara-negara pemberi utang terbesar di kelompok G20 atau Paris Club. “Kebijakan moneter yang diperketat di negara ekonomi maju akan menghasilkan efek berantai,” imbuhnya lagi.
Bank Dunia saat ini sedang melobi kreditur-kreditur besar untuk setidaknya mengabulkan perpanjangan maturitas utang dan pengurangan nilai bunga bagi negara-negara miskin. Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil.
“Pemutihan utang besar-besaran sangat diperlukan oleh negara-negara miskin. Jika kita menunggu terlalu lama, maka semuanya akan terlambat,” kata Malpass.
Dia juga mendesak diakhirinya praktik kerahasiaan seperti yang dijalankan Cina dan kreditur lain. Hal ini mempersulit lembaga keuangan internasional untuk melacak kerangka kredit yang berisiko tinggi, atau memantau tata kelola utang yang buruk sejak dini. (dw/red)