CAHAYASIANG.ID // Nasional – All England 2022 masih meninggalkan cerita indah. Bagaikan mimpi, Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri muncul sebagai juara. Langkahnya menuju pentas juara terbilang spektakuler. Pasangan‐pasangan terbaik dunia dikalahkan Bagas/Fikri yang datang ke Inggris dengan status non unggulan.
Bagas sendiri sampai saat ini masih merasa seperti bermimpi dan sampai-sampai ia berbicara sendiri. “Ini masih beneran ga sih juara,” tuturnya sambil memandangi medali yang ia dapat.
Perasaan senang yang berkecamuk memang pantas ia rasakan. Bagaimana tidak, berangkat ke Inggris ia hanya dibebani target masuk babak perempat final, bukan sebagai juara. Terlebih usai mendapat kemenangan dari pasangan Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi. Ia sempat kaget bisa menang dari pasangan Jepang, karena dari posisi tertinggal 17‐20, bisa membalikkan keadaan sampai menang 22‐20 dalam satu kali service di tangan.
“Waktu lawan Jepang kaget banget bisa balikin poin,” tuturnya. Ia pun berbicara kepada rekannya, Muhammad Shohibul Fikri, “Semifinal kita Kri,” katanya.
Bagas sempat merasa ketar ketir saat babak semifinal karena harus bertemu dengan ganda putra nomor satu dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
“Sebelum lawan Kevin/Marcus ada rasa takut sih karena kan lawan ganda nomor satu dunia, tapi alhamdulilah bisa mengatasi,” sambungnya. “Paling teriak aja sih biar ngurangin ketakutan,” tambahnya.
Cerita lucu sesaat terjadi sebelum babak final dimulai. Entah kenapa Fikri mendadak mulas. Sementara Bagas sendiri merasakan jantungnya berdetak cepat. Tak hanya itu saja, Bagas juga merasa merinding. “Ya, ditahan-tahan dulu, mau ga mau. Soalnya kan benar‐benar dikit lagi dipanggil masuk lapangan.Untungnya pas pemanasan hilang mulasnya,” katanya.
Sebelum masuk lapangan ia juga sempat bersenda gurau dengan Mohammad Ahsan. “Awas lu ya, nyolong pas main,” ujar Bagas menirukan kata‐kata yang dilontarkan Ahsan. Satu nasihat yang ia selalu ingat ucapan dari para seniornya, ”Selamat, jangan cepat puas, konsisten terus dan tetap rendah hati,” demikian kalimat yang ia ingat.
Bagas selalu ingat bagaimana ia semasa kecil memulai berlatih bulutangkis. Sang Ayah yang mengenalkan dan selalu mengajaknya ke lapangan bulutangkis. Ia yang baru bisa memegang raket bulutangkis langsung dimasukkan ke dalam klub bulutangkis.
“Pertama kali, klub saya PB Jakarta Raya, pelatihnya Bapak Sugeng. Terus klub ISBC, pelatihnya Bapak Mustofa, orang tuanya Ihsan Maulana Mustofa,” ceritanya.
Ia sendiri bergabung ke PB Djarum pada tahun 2012 usai mengkuti seleksi di GOR Djarum Petamburan untuk bermain di ganda putra.
“Alhamdulillah diterima sama partner saya. Senang banget, ga nyangka bisa masuk klub besar seperti Djarum,” sambungnya.
“Empat tahun mendapat didikan yang sangat baik. Bisa dapat gelar juara, bisa pergi naik pesawat, bisa ikutan kejurnas juga,” sambungnya.
Bagas juga sempat mendapat peringatan dari sang ayah. Target juara Kejurnas menjadi syarat baginya. Jika gagal menjadi juara, maka ia harus meninggalkan dunia bulutangkis dan diwajibkan mengikuti seleksi tentara. Untungnya ia berhasil menjadi juara Kejurnas 2016 dan masuk menjadi atlet Pelatnas PBSI pada tahun 2017.
Makanya tak heran Gelar juara All England 2022 bagi Bagas, selain untuk pelatih, ia persembahkan untuk keluarga. Bagas berharap karirnya dalam dunia bulutangkis akan semakin lebih baik lagi dan akan ada medali emas yang bisa ia persembahkan.
“Buat keluarga sih yang pasti, arti kemenangan ini semoga ini awal karir badminton saya untuk ke depannya, semoga bisa meraih medali-medali emas berikutnya,” pungkasnya. (Sumber: pbdjarum)
.