
CAHAYASIANG.ID, Manado – Sebuah inovasi penting dalam pengelolaan sampah plastik sekaligus pengembangan pariwisata berkelanjutan resmi diluncurkan di Kampus Politeknik Negeri Manado (Polimdo). Tim peneliti dosen dan mahasiswa Laboratorium Praktik Teknik Mesin Polimdo berhasil mengembangkan mesin pencacah plastik bertenaga surya dengan kapasitas produksi lebih besar serta hasil cacahan yang lebih optimal.

Penelitian ini dipimpin oleh Stevie Kaligis dengan anggota tim Steven Runtuwene, Yolanda Lagarance, Maikel Wala, dan Dimas. Program ini terlaksana melalui Katalisator Kemitraan Berdikari Skema Emas dari Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi, Kemendiktisaintek.

Mesin pencacah plastik tenaga surya ini hadir sebagai solusi atas permasalahan sampah plastik yang membutuhkan waktu sangat lama untuk terurai. Dengan memanfaatkan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan, hasil cacahan plastik diolah menjadi ecobrik, yang kemudian dimanfaatkan sebagai ornamen dalam paket wisata berbasis potensi alam di Desa Sarawet, Kecamatan Likupang Timur, Minahasa Utara.

“Mesin ini kami kembangkan untuk menjawab dua isu sekaligus: pengelolaan sampah plastik dan kebutuhan inovasi pariwisata berkelanjutan. Dengan memanfaatkan energi surya, kami ingin menekankan pentingnya inovasi yang ramah lingkungan sekaligus memberdayakan masyarakat,” ujar Stevie Kaligis, Ketua Tim Peneliti.

Dalam implementasinya, tim peneliti bekerja sama dengan bank sampah sebagai mitra utama pengumpulan plastik. Kolaborasi ini mengajak masyarakat berperan aktif dalam mengurangi tumpukan sampah sekaligus mendukung pengembangan pariwisata desa.

Hadirnya teknologi ini diharapkan menjadikan Desa Sarawet sebagai model wisata hijau di Minahasa Utara, dengan dampak ganda: memberikan solusi nyata atas persoalan lingkungan sekaligus meningkatkan daya tarik wisata berbasis komunitas.(*RS)