Cahayasiang.id, MANADO – Pembatalan penerbangan dan antrean panjang di bandara dan stasiun kereta, hotel dan restoran saat liburan musim panas terjadi karena kurangnya pekerja. Pembatalan penerbangan makin sering terjadi karena baik maskapai maupun bandara di Belanda dan Jerman, kekurangan staf.
Bulan Juni lalu, sejak memasuki masa liburan, Bandara Schiphol. telah mengindikasikan bahwa akan mengalami kesulitan mengatasi jumlah penumpang. Ini disebabkan pihak bandara mengalami kekurangan staf, terutama di bagian keamanan dan staf bagasi. Banyak maskapai yang terpaksa membatalkan dan membatasi penerbangan dari dan ke Schiphol.
Hasil studi Institut Ekonomi Jerman DIW, ada sekitar 7.200 tempat kerja yang kosong, dikarenakan banyak pekerja bandara yang meninggalkan industri penerbangan selama pandemi dan mencari pekerjaan di tempat lain. Seperti yang dialami maskapai terbesar Jerman Lufthansa, yang harus membatalkan lebih dari 2.000 penerbangan di bandara Frankfurt dan München pada musim liburan ini.
Sementara di bandara internasional Frankfurt, yang merupakan pusat penerbangan utama Jerman, saat ini sedang berusaha keras merekrut pekerja baru. Volume penerbangan sudah hampir pulih sepenuhnya, dan mencapai tingkat pra-pandemi. Semua pihak sekarang mengingatkan para pelancong, agar bersiap menghadapi masa menunggu lama di bandara Frankfurt selama beberapa bulan ke depan.
Kondisi kerja yang buruk adalah alasan lain, mengapa bandara dan maskapai penerbangan kekurangan staf. Selama dekade terakhir sebelum pandemi corona, dunia penerbangan semarak dengan penerbangan murah yang bersaing sangat ketat. Dalam upaya menawarkan harga tiket rendah, kondisi pekerja makin tertekan dan dikorbankan.
Guna mengatasi perseolan ini, pemerintah Jerman sedang mempertimbangkan untuk mendatangkan ribuan pekerja dari Turki untuk meringankan situasi di bandara-bandara.
Ketua Asosiasi Bandara Jerman Ralph Beisel menyambut baik rencana itu dan mengatakan, pembicaraan sedang diadakan dengan para pelaku bisnis di industri penerbangan, antara lain dalam penanganan bagasi di bandara dan pemeriksaan keamanan. Lufthansa misalnya, operasi normal kemungkinan berlum bisa diharapkan sampai 2023.
Di industri perhotelan dan katering Jerman, kondisi serupa juga terterjadi akibat kekurangan pekerja.Andrea Belegante, direktur Asosiasi Katering Jerman mengatakan, masalah ini sudah terlihat indikasinya jauh sebelum pandemi COVID-19. Jumlah peserta pendidikan dan pelatihan di sektor ekonomi itu terus menurun.
Demi menarik staf baru, organisasi industri telah berupaya menetapkan upah standar dan tunjangan kerja tambahan untuk meningkatkan atraktivitas tempat kerja.
Institut Penelitian Ketenagakerjaan Jerman menyebutkan, industri jasa makanan memang biasanya mengalami fluktuasi pekerja. Namun jika perusahaan gagal menemukan orang untuk mengisi lowongan, perusahaan akan menghadapi masalah serius yang berkepanjangan.
Asosiasi Hotel dan Restoran Jerman DEHOGA melaporkan, perekrutan staf baru saat ini memang merupakan tantangan terbesar yang dihadapi industri ini. Lebih dari 60% bisnis di industri ini sekarang susah payah mencari pegawai baru.
Padahal, sektor perhotelan dan restoran selama masa pandemi antara Maret 2020 sampai Maret 2022, mengalami kerugian besar sekitar 75 miliar euro.
“Banyak perusahaan tidak akan selamat, kalau ada pembatasan dan penutupan lagi seandainya pandemi kembali merebak,” kata Ketua DEHOGA Guido Zöllick, sembari menekankan bahwa melindungi perusahaan dan pekerjaan harus menjadi prioritas saat ini. (dw/ak)