JAKARTA (CAHAYASIANG.ID) – Di akhir pekan, Sabtu (5/3/22) kemarin, ada sebuah perhelatan menarik tentang Musik Kolintang (Kulintang), sebuah ansambel musik kayu khas Orang Minahasa.
Berikut redaksi menurunkan salah satu cuplikan dari penulis senior, Max Wilar ihwal ‘web seminar’ tersebut: “…..Webinar Yayasan Pengembangan Kebudayaan Minahasa (YPKM) tanggal 5 Maret 2022 dengan quota 100 peserta ‘via zoom’ terisi penuh. Pagi ini (6/3/22) dilaporkan 545 orang yang mengikuti ‘via link yotube’ YPKM.
Pemaparan ahli musikologi dan etnomusikologi dari Universitas Manado (Unima), Prof Dr Perry Rumengan, berhasil mencelikkan nalar budaya kita, dimana kulintang (trans-literasi: kolintang) merupakan harta dalam bejana kebudayaan “Tou Minahasa” yang berbeda secara esensial dengan “kulintang a kayo” di Maguindanao, Filipina, yang kini masuk wilayah ‘Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao’ (BARMM) di Filipina Selatan.
Apakah “Kulintang Goes to Unesco?”
Sebagai penanggap, saya sampaikan ya tapi bukan tahun 2022 dan bukan joint submission dengan Filipina atau negara lain mana pun. Sikap Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey jelas dan tegas harus “submission tunggal” diperkuat Prof Rumengan. Bukan ‘joint submission’ dengan negara lain.
Saya sampaikan amanat Bung Karno dalam Trisakti tentang “berkepribadian dalam kebudayaan” harus jadi pedoman kebudayaan Tou Minahasa. Tak disangka, Hasto Kristiyanto, Sekjen DPP PDI Perjuangan yang kini sedang studi doktoral di Universitas Indonesia (UI) – dengan supervisi akademik Ketua ILUNI UI Pascasarjana Audrey G Tangkudung – hadir dan merespon via WA: “Luar biasa Mas,” tulisnya.
Di akhir Webinar, Pengurus YPKM yang diketuai Berny Tamara menyampaikan terima kasih atas apresiasi Mas Hasto.
Adapun ’45th session of the World Heritage Committee Unesco’ akan dilaksanakan di Kazan, Russia tanggal 19-30 Juni 2022 dan terbaca ada ‘1 National File (s) submitted for 2022 cycle or earlier cycle di File #73’ oleh Filipina. Tidak terbaca adanya ‘submission’ atau ‘joint submision’ Indonesia dengan negara lain.
Dua kali kulintang gagal di Unesco harus dibedah untuk mendapatkan penyebab kegagalan. Laporan hasil Webinar YPKM akan segera disampaikan kepada Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey…..”
Sistem ‘diatonic’ dalam ‘Ansamble Kolintang’
Sementara itu, salah satu penanggap utama Dr Benni Matindas, menyatakan, sebetulnya salah satu poin paling penting yang Prof Perry masukkan dan kembangkan dalam naskah akademik (NA) ialah tentang hubungan historikal dan kultural antara sistem tangga nada khas dalam musik Minahasa lama dan sistem ‘diatonic’ yang digunakan pada ‘Ansamble Kolintang’.
Dikatakan, Prof Perry Rumengan ialah yang paling kompeten untuk melakukannya, mengingat dalam hasil penelitiannya tentang musik vokal etnik Minahasa (yang bukunya YPKM terbitkan tahun 2009), ia menemukan, Minahasa pernah memiliki sistem tangga nada yang original.
"(Nanti) Sambil mungkin bisa disisip, dan diberi catatan...